Jakarta, World Health Organization (WHO) menyatakan Indonesia sudah terbebas polio sejak tahun 2014. Namun demikian pemerintah tetap terus melakukan upaya imunisasi dan dalam waktu dekat ini Pekan Imunisasi Nasional (PIN) 2016 akan diadakan 8 sampai 15 Maret mendatang.
Menteri Kesehatan Profesor Dr dr Nila Moeloek, SpM(K), mengatakan PIN 2016 akan dilakukan serentak di seluruh provinsi Indonesia kecuali untuk Yogyakarta dan Bali. Alasannya karena di Yogyakarta vaksin sudah diberikan sebelumnya sementara untuk Bali jadwal pemberian hanya ditunda dan baru akan dimulai tanggal 15 sampai 22 Maret.
Penyakit
polio akibat serangan virus merupakan penyakit yang dapat menyebabkan
kelumpuhan permanen. Virus polio menyerang sistem saraf manusia dan menular.
Untuk
mencegah infeksi polio, anak-anak harus diberi vaksin polio. Direktur Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan HM Subuh mengatakan, imunisasi
polio harus dilakukan karena hingga kini polio pun tidak dapat disembuhkan.Imunisasi ditargetkan mencakup 23 juta anak atau sekitar 10 persen dari total populasi Indonesia, lewat lebih dari 300 ribu pos PIN. Sasarannya adalah anak berusia 0-59 bulan karena kelompok usia tersebut adalah yang paling rawan untuk tertular.
"Indonesia sebenarnya sudah bersih. Tetapi adanya importasi virus liar karena memang di dunia masih ada dua negara yang belum bersih yaitu Afganistan dan Pakistan, mereka (WHO -red) meminta untuk melakukan lagi serentak," kata Menkes Nila pada acara temu media di Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (4/3/2015).
Menkes Nila mengatakan terlebih di Indonesia saat ini juga ada pengungsi-pengungsi dari Afganistan dan Pakistan sehingga PIN 2016 ini berfungsi juga sebagai tindakan preventif. Semua anak pada periode tersebut akan diberikan apakah itu Warga Negara Indonesia (WNI), turis asing, atau pengungsi.
"Kenapa kita terus melakukannya, karena ini adalah kesepakatan global. Dunia ingin yakin bahwa tidak ada lagi polio di tahun 2018," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dr H. Mohamad Subuh, MPPM, dalam kesempatan yang sama.
"23 juta itu sasaran minimal karena semua balita yang ada di Indonesia baik dia asalnya Indonesia maupun dari luar negeri harus kita berikan. Jadi kita sisir bandara-bandara begitu ada orang asing bawa balita datang, langsung kita berikan," tutup Subuh.
Jika anak Panas Pasca Imunisasi DPT, Jangan Khawatir
Vaksin DPaT kini sedang langka dan termasuk sulit didapat. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah tetap imunisasi DPT dengan vaksin DPwT yang jumlah stoknya lebih banyak. Sayangnya, vaksin ini umumnya menyebabkan anak demam pasca imunisasi.
Imunisasi DPT sebaiknya memang tidak ditunda, apalagi dilewatkan. Imunisasi DPT diberikan untuk mencegah beberapa penyakit yang dianggap berbahaya bagi bayi, yakni Difteri, Tetanus, dan Pertusis.
Vaksin DPT jenis DPaT yang sedang langka ini lebih banyak dicari karena memiliki kelebihan dapat meminimalkan risiko demam pada anak pasca imunisasi seperti kebanyakan imunisasi DPT.
"Jangan sampai vaksinasi DPT ditunda karena alasan DPaT lagi kosong. Kita punya produk Biofarma yang jenis DPwT dan banyak stoknya. Pakai itu saja," tutur dokter anak yang berpraktik di RS Cipto Mangunkusumo, dr Piprim Basarah Yanuarso SpA(K), kepada detikHealth, Selasa (23/2/2016).
Jika anak kemudian demam pasca imunisasi dengan vaksin DPwT atau DPT biasa, maka orang tua tidak perlu khawatir. Respons tersebut wajar terjadi dan ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mengatasinya.
Seperti dikutip dari situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), reaksi yang dapat terjadi segera setelah vaksinasi DPT antara lain demam tinggi, rewel, di tempat suntikan timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan, yang akan hilang dalam 2 hari.
Orang tua atau pengasuh dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah). Apabila anak demam, berikan pakaian yang tipis dan jangan berbahan tebal. Jika perlu, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
Bayi yang demam boleh dimandikan atau cukup diseka dengan menggunakan air hangat. Jika perlu, berikan parasetamol 15 mg/kg berat badan setiap 3-4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, atau atas petunjuk dokter. Namun apabila reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap, atau jika orangtua merasa khawatir, segera cek ke dokter.
Imunisasi DPT sebaiknya memang tidak ditunda, apalagi dilewatkan. Imunisasi DPT diberikan untuk mencegah beberapa penyakit yang dianggap berbahaya bagi bayi, yakni Difteri, Tetanus, dan Pertusis.
Vaksin DPT jenis DPaT yang sedang langka ini lebih banyak dicari karena memiliki kelebihan dapat meminimalkan risiko demam pada anak pasca imunisasi seperti kebanyakan imunisasi DPT.
"Jangan sampai vaksinasi DPT ditunda karena alasan DPaT lagi kosong. Kita punya produk Biofarma yang jenis DPwT dan banyak stoknya. Pakai itu saja," tutur dokter anak yang berpraktik di RS Cipto Mangunkusumo, dr Piprim Basarah Yanuarso SpA(K), kepada detikHealth, Selasa (23/2/2016).
Jika anak kemudian demam pasca imunisasi dengan vaksin DPwT atau DPT biasa, maka orang tua tidak perlu khawatir. Respons tersebut wajar terjadi dan ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mengatasinya.
Seperti dikutip dari situs Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), reaksi yang dapat terjadi segera setelah vaksinasi DPT antara lain demam tinggi, rewel, di tempat suntikan timbul kemerahan, nyeri dan pembengkakan, yang akan hilang dalam 2 hari.
Orang tua atau pengasuh dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah). Apabila anak demam, berikan pakaian yang tipis dan jangan berbahan tebal. Jika perlu, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
Bayi yang demam boleh dimandikan atau cukup diseka dengan menggunakan air hangat. Jika perlu, berikan parasetamol 15 mg/kg berat badan setiap 3-4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, atau atas petunjuk dokter. Namun apabila reaksi-reaksi tersebut berat dan menetap, atau jika orangtua merasa khawatir, segera cek ke dokter.
Sumber : detik.com
KENALI GEJALA TERSERANG POLIO.
Respons pertama terhadap
infeksi poliovirus biasanya bersifat infeksi asimptomatik, yakni tidak
menunjukkan gejala sakit apa pun. Sekitar 4 sampai 8 persen infeksi poliovirus
tidak menimbulkan gejala serius. Infeksi itu hanya menimbulkan penyakit minor
(abortive poliomyelitis) berupa demam, lemah, mengantuk, sakit kepala, mual,
muntah, sembelit dan sakit tenggorokan. Setelah itu, pasien dapat sembuh dalam
beberapa hari.
Namun, bila poliovirus menginfeksi sel yang menjadi sasaran utamanya, yaitu susunan sel syaraf pusat di otak, terjadilah poliomyelitis nonparalitik (1 sampai 2 persen) dan poliomyelitis paralitik (0,1 sampai 1 persen).
Namun, bila poliovirus menginfeksi sel yang menjadi sasaran utamanya, yaitu susunan sel syaraf pusat di otak, terjadilah poliomyelitis nonparalitik (1 sampai 2 persen) dan poliomyelitis paralitik (0,1 sampai 1 persen).
Pada kasus poliomyelitis
nonparalitik, yang berarti poliovirus telah mencapai selaput otak (meningitis
aseptik), penderita mengalami kejang otot, sakit punggung dan leher; selain
dari gejala penyakit minor yang telah disebutkan di atas.
Sedangkan kasus poliomyelitis
paralitik, biasanya terjadi sebagai perkembangan lebih lanjut gejala ringan
sebelumnya, meskipun dapat pula terjadi tanpa melalui fase pertama tersebut.
Pada tahap ini, akan terjadi kerusakan tulang punggung atau bulbar dan lumpuh
lemas (flacid paralisis), yang terjadi akibat kerusakan neuron
motor bawah. Inilah puncak serangan yang sangat ditakuti manusia.
SIAPA YANG RENTAN TERSERANG
PENYAKIT POLIO
Penyakit ini lebih sering
berjangkit di daerah dingin, sehingga penderita penyakit ini akan berkurang di
daerah tropik.
Poliovirus lebih sering
menyerang bayi dan anak balita, daripada orang dewasa, karena kekebalannya
masih lemah. Virus ini juga lebih banyak menyerang pria dewasa daripada wanita.
Dimana tempat bersarangnya
virus polio?
Inang atau tempat hidup
poliovirus hanyalah tubuh manusia dan di tempat ini ia mampu hidup bertahun-tahun
lamanya. Pada tubuh hewan ia tidak dapat hidup. Sedangkan di alam bebas,
makhluk ini disebut sebagai virus liar (wild virus), yang hanya mampu
bertahan selama dua hari karena tidak tahan terhadap panas, cahaya dan
pengeringan.
Apa upaya yang harus dilakukan
untuk memberantas polio?
Ada empat strategi yang
dianggap manjur untuk memberantas polio.
- Pertama, memberi imunisasi polio pada semua anak sebanyak empat kali sebelum usia satu tahun sebagai bagian imunisasi rutin untuk mencegah tujuh penyakit utama anak (tuberkulosis/meningitis, polio, dipteri, pertusis, tetanus, campak, hepatitis B).
- Kedua, lewat Pekan Imunisasi Nasional semua anak di bawah usia lima tahun diberi dua dosis vaksin polio dengan tenggang waktu satu bulan.
- Ketiga, sistem pengamatan dibuat
sedemikian rupa sehingga tak ada kasus polio yang tak
teridentifikasi. - Keempat, mengirim tim untuk melakukan imunisasi dari rumah ke rumah di wilayah virus polio dicurigai masih beredar.
Semoga bermanfaat. Terima Kasih
0 komentar:
Post a Comment